Apa yang akan Anda buat saat menyaksikan sesama Anda mengalami kesulitan dalam hidup ini? Anda mengusirnya pergi, atau Anda membuka hati Anda untuk menerima kehadirannya?
Berniat hendak mengubah nasib dan meningkatkan taraf ekonomi keluarga, Sariam (35), tenaga kerja wanita asal Cianjur, Jawa Barat, pulang dengan kondisi cacat permanen. Hampir seluruh tubuh ibu dari tiga anak ini mengalami luka-luka akibat disiksa majikan selama tiga bulan bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Kota Jouf, Arab Saudi.
Selain dipukul dan ditendang, tubuh istri Asep Bin Entom (42) asal Kampung Karang Slawi, Desa Girimukti, Kecamatan Sindangbarang, Cianjur, itu sering juga disetrika. Ia juga dipukuli dengan benda tumpul. Akibatnya, seluruh giginya rontok.
Ia berkata, “Kesalahan kecil yang saya lakukan kerap kali mendapat siksaan yang teramat sangat. Seperti menyetrika baju anak majikan tidak rapi, saya disetrika dengan setrika panas.”
Selain itu, majikan juga melarang keras dirinya memakan makanan di kulkas. Bila tertangkap tangan, selain dipukul dengan palu, gajinya pun dipotong. Ia berkata, “Meskipun baru tiga bulan bekerja, saya sudah tidak betah. Saya meminta dipulangkan ke Cianjur. Setiap malam saya hanya bisa menangis dalam setiap doa.”
Akibat sering mendapatkan siksaan, Sariam pernah dirawat inap di rumah sakit yang tidak jauh dari rumah majikan. Ketika itu, adik majikan yang baik hati membawanya ke rumah sakit, karena tidak sadarkan diri setelah mendapat siksaan. Dia sempat menjalani perawatan di sebuah rumah sakit itu selama 47 hari. Setelah keluar dari rumah sakit, dia melaporkan perbuatan majikan ke polisi setempat.
Sahabat, kemiskinan yang mendera hidup manusia memaksa manusia untuk memperjuangkan hidupnya. Manusia mesti terus-menerus berusaha untuk keluar dari situasi kemiskinannya. Manusia tidak boleh berhenti untuk berjuang. Orang yang beriman itu orang yang senantiasa bangkit dari keterpurukan hidupnya.
Namun terjadi juga kisah sedih dalam perjuangan itu. Kisah sedih Sariam menjadi salah satu bahan refleksi bagi kita. Hidup ini tidak mudah. Di saat kita berusaha untuk keluar dari keterpurukan hidup, masih saja ada kendala. Masih saja ada orang yang menghalangi-halangi usaha kita. Untuk itu, dibutuhkan suatu tekad yang membaja untuk menerjang penghalang-penghalang itu.
Kisah Sariam menampilkan suatu kesulitan yang luar biasa. Kehadirannya tidak diterima dengan baik oleh sang majikan. Tampaknya kehadirannya ditolak. Penderitaan yang mesti ia tanggung menjadi bukti penolakan atas kehadiran dirinya. Padahal ia hadir bukan hanya untuk kepentingan dirinya sendiri. Ia hadir untuk kepentingan orang lain. Ia hadir untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Karena itu, orang beriman mesti belajar untuk menerima kehadiran sesamanya. Orang beriman mesti membuka hatinya lebar-lebar bagi kehadiran sesamanya. Memang, hal ini tidak terlalu mudah. Banyak orang masih tersandra oleh egoisme dan kepentingan dirinya sendiri. Banyak orang masih mengutamakan pemenuhan atas kebutuhan hidupnya sendiri saja. Banyak orang belum mau melihat kepentingan sesamanya.
Mari kita berusaha untuk menghargai orang lain dengan menerima kehadiran sesama kita. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk membahagiakan diri dan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
Majalah FIAT
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !